;Ajey dan kawan-kawan
kita telah duduk di barisan paling depantepat di depan ombak yang tengah asyikmendustai batuan,dengan gulungnyaia selalu menjitak tepian pasir,dengan lancanglalu mendesir dan mengatakan “bahwa kita akanterputus pada hempasan yang kedua”namun diam-diam kita telah masukkedalam sumsum belakang tubuhnyasaat itu ia tengah lengah akan isyaratpandir untuk mengeja sebuah sukatapi lihai menampakkan luka,sehingga terdiam di dalam sebotol bir yang tumpah di bibir kitakemudian menjelma aksara dalam jiwa-jiwamenjadikan kita utuh pada jalan perpulangandari sebuah limpahan kedalam surut pasangnah,sekarang angin laut itu berangsur membikin jarakperlahan meninggalkan musim yang lagi bingungsehingga saat hempasan kedua itu datang kita lebih dulu memancang sebuah pagar
:menjadikannya...