Sajak-sajak Yk awal Desember
oleh Youri Kayama pada 13 Desember 2010 jam 21:02
Aku Dalam Penyair
aku dalam penyair adalah aku seperti di atas kapal
menari mengikuti jari-jari angin
sebentar-bentar aku bisa terlantar
diterpa gelombang lapar
aku dalam penyair seperti air di daun talas
bergoyang namun belum juga terbuang
sebelum di dulang maka aku takkan terlepas
aku dalam penyair
adalah aku yang hilang
dalam perjalanan menuju pulang
sebelum berlabuh aku sudah dikandaskan
Medan/2010
Catatan Seorang Pemula
bertahun-tahun aku menanam
tidak jua menemui parang
padahal ubi, hanya ubi
tapi tak pernah menjadi
bertahun-tahun aku mengukir
sepotong kayu yang bisu
tapi tak berbentuk
satu rupa, hanya satu rupa saja tak bisa
bertahun pula aku mengembara
mengukur sepanjang apa tubuh jalan
garis-garis yang menjalar
tak bersua, sepotong pun enggan singgah
sebab basah jalanan adalah basah mataku
Medan,2010
di Luar aku Lapar
satu biji aku timbun
dini hari
liar seperti dengau seekor sapi
lapar kehabisan susu pagi ini
sebuah lagi aku tabur
sepanjang jalan yang mengukur
pertemuan seakan menarik ulur
dini hari-pagi-dini hari
kemudian di jalan aku mengubur
semua yang kutabur
biji sekarat
tersiram hujan
hingga mekar
- mengakar sepanjang abad-
Padang/2010
Celah
kegelisaan semacam perebutan
dari masa ke masa
antara ruang ke ruang
perebutan awal kegelisaan
umpama kain yang beterbangan
menjelma apa saja
usia liar, pun mata sama
mencari rahim yang hilang
: aku menindik celah di lidahmu
pergerakan seolah merisaukan
raut-raut yang kehilangan
serta jiwa seakan sakau
mendengar kabar dari rantau
bahwa kepulangan adalah sebuah kematian
untuk melangkah dari awal
:waktu-waktu yang diam
pertengkaran serupa laut dangkal
kemudian tangan menggali dalam-dalam
sebongkah tanah, sepotong usia
terperangkap di waktu sama
rahim yang semula lepas,akan segera di ikat
Padang/
Aku Bersembunyi di Medan
bung, aku bersembunyi di Medan
sebab di kampung aku gentar
dengan gunjingan orang tepian
mengatakan bahwa laut sebentar lagi membakar
gedung yang mencakar
bung, aku bersembunyi di Medan
sebab sebentar lagi kepala dipenggal
oleh nelayan yang tak dapat ikan
katanya mereka mencari tumbal
untuk jalan menuju sebrang
bung,di Medan aku sembunyi
aku malu pada birunya laut
sssstttttttttt....
diam bung, jangan bilang-bilang
kalau aku penyair yang gagal
Medan,2010
aku dalam penyair adalah aku seperti di atas kapal
menari mengikuti jari-jari angin
sebentar-bentar aku bisa terlantar
diterpa gelombang lapar
aku dalam penyair seperti air di daun talas
bergoyang namun belum juga terbuang
sebelum di dulang maka aku takkan terlepas
aku dalam penyair
adalah aku yang hilang
dalam perjalanan menuju pulang
sebelum berlabuh aku sudah dikandaskan
Medan/2010
Catatan Seorang Pemula
bertahun-tahun aku menanam
tidak jua menemui parang
padahal ubi, hanya ubi
tapi tak pernah menjadi
bertahun-tahun aku mengukir
sepotong kayu yang bisu
tapi tak berbentuk
satu rupa, hanya satu rupa saja tak bisa
bertahun pula aku mengembara
mengukur sepanjang apa tubuh jalan
garis-garis yang menjalar
tak bersua, sepotong pun enggan singgah
sebab basah jalanan adalah basah mataku
Medan,2010
di Luar aku Lapar
satu biji aku timbun
dini hari
liar seperti dengau seekor sapi
lapar kehabisan susu pagi ini
sebuah lagi aku tabur
sepanjang jalan yang mengukur
pertemuan seakan menarik ulur
dini hari-pagi-dini hari
kemudian di jalan aku mengubur
semua yang kutabur
biji sekarat
tersiram hujan
hingga mekar
- mengakar sepanjang abad-
Padang/2010
Celah
kegelisaan semacam perebutan
dari masa ke masa
antara ruang ke ruang
perebutan awal kegelisaan
umpama kain yang beterbangan
menjelma apa saja
usia liar, pun mata sama
mencari rahim yang hilang
: aku menindik celah di lidahmu
pergerakan seolah merisaukan
raut-raut yang kehilangan
serta jiwa seakan sakau
mendengar kabar dari rantau
bahwa kepulangan adalah sebuah kematian
untuk melangkah dari awal
:waktu-waktu yang diam
pertengkaran serupa laut dangkal
kemudian tangan menggali dalam-dalam
sebongkah tanah, sepotong usia
terperangkap di waktu sama
rahim yang semula lepas,akan segera di ikat
Padang/
Aku Bersembunyi di Medan
bung, aku bersembunyi di Medan
sebab di kampung aku gentar
dengan gunjingan orang tepian
mengatakan bahwa laut sebentar lagi membakar
gedung yang mencakar
bung, aku bersembunyi di Medan
sebab sebentar lagi kepala dipenggal
oleh nelayan yang tak dapat ikan
katanya mereka mencari tumbal
untuk jalan menuju sebrang
bung,di Medan aku sembunyi
aku malu pada birunya laut
sssstttttttttt....
diam bung, jangan bilang-bilang
kalau aku penyair yang gagal
Medan,2010
0 komentar:
Posting Komentar
Jika Sudah Berkunjung, Kasih Koment Nya...